Ancaman Bawah Permukaan Jakarta: Tak Terlihat, Tak Terpikirkan, dan Tak Terduga
Keterangan Bibliografi
Penerbit | : LIPI Press |
Pengarang | : Robert M. Delinom |
Kontributor | : |
Kota terbit | : Jakarta |
Tahun terbit | : 2015 |
ISBN | : 978-979-799-843-1 |
Subyek | : Geologi, meteorologi, hidrologi umum |
Klasifikasi | : 551 Rob a |
Bahasa | : Indonesia |
Edisi | : 1 |
Halaman | : x + 303 hlm.; 14,8 x 21cm |
Pustaka Pilihan | : |
Jenis Koleksi Pustaka
E-Book Buku
Abstraksi
Jakarta sebagai kota metropolitan dalam beberapa dekade terakhir ber-
kembang sangat pesat dan mengakibatkan permasalahan lingkungan
di bawah permukaannya. Ada beberapa peristiwa yang mengindikasi-
kan hal tersebut. Salah satunya adalah runtuhnya Jembatan Sarinah
yang terbentang 40m di atas Jalan Wahid Hasyim, pada 28 Februari
1981. Peristiwa itu merupakan kejadian pertama yang membuat para
peneliti curiga terjadi sesuatu di bawah permukaan Jakarta. Menurut
pakar teknik sipil, jembatan runtuh akibat putusnya balok tarik
beton pratekan penahan gaya reaksi horizontal di bawah Jalan
Wahid Hasyim setelah baja prategangnya berkarat (Budianta 2008).
Pada saat itu, pengetahuan mengenai amblesan tanah belum begitu
populer dan penelitian secara rinci belum dilakukan. Fenomena lain
adalah intrusi air laut terhadap air tanah yang mulai dirasakan di
beberapa tempat di Jakarta pada dekade 1980-an.
Seperti sudah diteliti oleh beberapa peneliti terdahulu (Taniguchi
1999; Sakura dkk. 1996), dalam skala cekungan bawah permukaan,
selalu ada hubungan antara air tanah, temperatur bawah permukaan
dan unsur-unsur yang terkandung dalam air tanah. Maka dengan mem-
pelajari kondisi air tanah, temperatur bawah permukaan, dan unsur-
unsur yang terkandung dalam air tanah, kajian bawah permukaan
BAB I
PENDAHULUAN
Robert M. Delinom dan Makoto Taniguchi
2 | Ancaman Bawah Permukaan Jakarta: ...
akan memberikan gambaran lebih akurat untuk dijadikan bahan
pertimbangan bagi Jakarta di masa mendatang.
Seperti kita ketahui, air memegang peranan sangat penting
dalam kehidupan manusia. Selain untuk kebutuhan domestik (kebu-
tuhan rumah tangga, seperti minum, mandi, cuci dan sebagainya),
air juga digunakan untuk kepentingan yang sifatnya lebih luas
(kepentingan nondomestik), seperti untuk industri dan pertanian.
Kebutuhan air untuk rumah tangga, industri, dan pertanian wilayah
Jakarta khususnya, dan Jabodetabek umumnya, saat ini masih sangat
bergantung pada air tanah. Hal ini terjadi karena pemerintah belum
mampu melayani kebutuhan air bersih untuk rumah tangga, industri,
dan pertanian. Saat ini kebutuhan air bersih sebagian warga memang
sudah dilayani oleh air yang disuplai dari Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM), namun yang terlayani baru sebesar 54% kebutuhan
rumah tangga, sedangkan sisanya masih bergantung pada sumber
daya air tanah ataupun air permukaan yang diusahakan secara
langsung oleh penduduk. Dengan demikian, sekitar 46% kebutuhan
air bersih di wilayah DKI Jakarta (sekitar 337 juta m3
/tahun) harus
diambil dari air tanah (Assegaf dan Muhartanto 2002).
Kondisi air tanah dipengaruhi oleh perilaku masyarakat, baik
dalam pemanfaatan, maupun pemeliharaan sanitasi lingkungan.
Dalam tulisan ini dijelaskan tentang pemanfaatan air oleh masyarakat
dan kondisi sanitasi lingkungannya, serta bagaimana masyarakat
memandang air sebagai air yang bersih. Bahasan tersebut penting
karena pengamanan sumber daya air dan membersihkan air yang
terkontaminasi akibat kegiatan manusia di daerah perkotaan menjadi
isu lingkungan global pada abad ke-21 (UNEP 2003).
Inventaris
# | Inventaris | Dapat dipinjam | Status Ada |
1 | 2471/H1/2023.c1 | Ya |