Gerakan Pembaruan Islam dan Pendidikan Modern dalam Roman Medan

Keterangan Bibliografi
Penerbit : LIPI Press,
Pengarang : Erlis Nur Mujiningsih dan Dadang Sunendar
Kontributor :
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2020
ISBN : 978-602-496-126-8
Subyek : Da'wah Islam
Klasifikasi : 2X7.02 Erl g
Bahasa : Indonesia
Edisi : 1
Halaman : xiii + 119 hlm.; 14,8 x 21 cm
Pustaka Pilihan :
Jenis Koleksi Pustaka

E-Book Buku

Abstraksi

Buku yang ditulis dari penelitian Erlis Nur Mujiningsih dan Dadang
Sunendar ini menyorot khazanah novel populer di luar penerbitan
resmi pemerintah kolonial, Balai Poestaka, pada tahun 1937–1942.
Diterbitkan di kota-kota besar seperti Sumatra dan Jawa, peredarannya
melalui perpustakaan dan agen-agen sampai ke Borneo dan ke luar
wilayah Hindia Belanda. Dijual dengan harga murah, yakni satu picis,
novel ini mendapat julukan “roman picisan” atau lebih dikenal sebagai
“roman Medan” karena umumnya berisi masalah percintaan dan salah
satu pusat penerbitan dan peredaraannya di Kota Medan.
Mengapa roman Medan perlu dibahas dan dibicarakan kembali?
Sebagai genre yang disukai oleh masyarakat dan dikonsumsi secara
luas, roman Medan berpotensi menggambarkan suasana zaman pada
waktu itu. Perlu dicatat bahwa novel populer ini ditulis bukan hanya
oleh pengarang baru yang mengikuti tren penulisan populer pada
masa itu, tetapi juga oleh pengarang yang dikenal sebagai sastrawan
terkemuka, seperti A.S. Hamid, Hamka, dan Matu Mona. Penulis
menunjukkan bahwa roman Medan yang diterbitkan dalam majalah
Roman Pergaoelan (Bukittinggi), Loekisan Poedjangga (Medan),
Doenia Pengalaman (Solo), dan Roda Penghidoepan (Bengkulu) bukanBuku ini tidak diperjualbelikan
x
sekadar kisah percintaan, tetapi menggambarkan perubahan sosial
yang ada di masyarakat.
Setelah memilah cerita-cerita dalam seri roman Medan yang
dipelajari, penulis melihat bahwa perubahan sosial tersebut terkait
dengan pendidikan modern yang membukakan mata para pelajarnya
terhadap pola-pola relasi sosial baru, khususnya di wilayah perkotaan
dan dalam pergaulan antara muda-mudi. Ada kecenderungan untuk
menunjukkan bahaya “pergaulan bebas” antar muda mudi di perkotaan
yang dianggap sebagai pengaruh “barat”. Cerita-cerita dengan pola
“kejatuhan moral” muda-mudi akibat terseret dalam pergaulan seperti
ini marak dalam roman Medan yang dibahas oleh penulis.
Pada saat yang sama, penulis juga menunjukkan adanya gerakan
pembaruan islami yang ditampilkan oleh berbagai cerita. Ada ke-
sadaran bahwa Islam yang modern membangun pemikiran yang lebih
terbuka terhadap kebebasan memilih pasangan dan pergaulan yang
sehat antara muda-mudi untuk memajukan kehidupan. Jika “pengaruh
barat” dipersepsikan merusak moralitas, sebaliknya, gerakan pem-
baruan islami melihat pendidikan sebagai jalan kemajuan. Pada saat
yang sama, gerakan pendidikan islami itu melihat pemberlakuan adat
istiadat yang kaku, seperti perkawinan paksa atas pilihan orang tua,
sebagai suatu yang bertentangan dengan prinsip agama yang mereka
anut.
Penulis menyimpulkan bahwa roman Medan merupakan arena
kreatif bagi masyarakat untuk mengarifi dan menyikapi perubahan
sosial yang terjadi di masyarakat ketika pendidikan modern meng-
hadirkan bukan saja “pengaruh barat”, melainkan juga modernitas
dalam perspektif agama.
Buku ini secara rinci juga memaparkan berbagai aspek yang
membangun roman Medan: penerbit dan pengarangnya, pembacanya,
bahasa yang dipakai, dan juga ruang sosial ekonomi yang terlihat dari
parateks iklan. Buku ini belum tuntas memetakan keseluruhan novel
populer yang beredar pada era 1937–1942, era yang dinamis dengan
berbagai perubahan sosial. Konteks sosial politiknya masih perlu
digali lagi, juga penyebaran media yang menghubungkan kota-kota
di era sebelum kemerdekaan. Mengikuti pembicaraan para pakarBuku ini tidak diperjualbelikan
xi
nasionalisme, kapitalisme cetak melalui media populer seperti ini
juga berpotensi membangun imajinasi suatu komunitas sosial politik,
yang dalam waktu tiga tahun kemudian, menjadi suatu negara yang
disebut Indonesia. Meskipun masih terbatas cakupannya, buku ini
melanjutkan perbincangan yang sudah dilakukan oleh pakar-pakar
sebelumnya, seperti Roolvink, Tamar Djaja, Tshuchiya, dan peneliti
lainnya sehingga dialog pengetahuan tentang kesusastraan populer
pada masa ini dapat terus dibangun.

Inventaris
# Inventaris Dapat dipinjam Status Ada
1 2431/H1/2023.c1 Ya