Tanaman Akumulator Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) untuk Fitoremediasi

Keterangan Bibliografi
Penerbit : LIPI Press,
Pengarang : Nuril Hidayati
Kontributor :
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2020
ISBN : 978-602-496-134-3
Subyek : Tanaman-tanaman tak berbiji (Kryptogamia)
Klasifikasi : 586 Nur t
Bahasa : Indonesia
Edisi :
Halaman : xi + 61 hlm.; 14,8 x 21 cm
Pustaka Pilihan :
Jenis Koleksi Pustaka

E-Book Buku

Abstraksi

Pencemaran lingkungan di Indonesia sudah menjadi masalah
yang serius. Menurut laporan, pencemaran perairan di Indone-
sia menimbulkan kerugian hingga Rp45 triliun per tahun. Keru-
gian ini mencakup biaya kesehatan masyarakat, penyediaan air
bersih, dan kerugian sektor pariwisata, belum termasuk kerugian
di sektor pertanian akibat menurunnya produksi dan kualitas ha-
sil panen yang mengancam ketahanan dan keamanan pangan na-
sional. Data valuasi kerugian sektor pertanian akibat pencemaran
secara nasional belum tersedia, tetapi sebagai gambaran kerugian
petani padi pada kasus pencemaran di Rancaekek, Kabupaten
Bandung Tahun 2004–2015 mencapai Rp841.741.893.000,00.
Dampak lain yang tidak kalah penting ialah terganggunya eko-
sistem dan keanekaragaman hayati1,2,3 .
Pencemaran dapat disebabkan oleh berbagai sumber, teruta-
ma limbah industri, penambangan, residu agrokimia, dan emisi
kendaraan bermotor1,3,4 . Bentuk kontaminan yang banyak di-
jumpai ialah logam berat, senyawa organik, dan anorganik2,4,5,6.
Kontaminan dari kelompok logam berat, seperti timbal (Pb),
kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) menjadi perhatian karena
sulit mengalami degradasi secara alami, secara umum paling
banyak dijumpai dan paling berpotensi menimbulkan masalah
lingkungan1,2,3.
Di antara masalah pencemaran di Indonesia, pencemaran
merkuri termasuk salah satu masalah serius. Sumbangan terbe-
sar pencemaran merkuri (37%) berasal dari penambangan emas
rakyat yang tersebar di sekitar 800 daerah di seluruh Indonesia.
United Nations Environment Program (UNEP) memperkirakan
lebih dari 70 ton Hg sudah mencemari lingkungan. Angka ini
berdasar atas jumlah impor legal merkuri ke Indonesia dan belumBuku ini tidak diperjualbelikan.
2
terhitung jumlah impor ilegal sehingga jumlahnya diperkirakan
jauh lebih besar. Secara global diperkirakan sekitar 10.000 ton
Hg per tahun mencemari lingkungan7,8.
Pencemaran timbal dan kadmium tidak kalah serius di
Indonesia, terutama di wilayah pertanian. Sekitar 75% lahan
pertanian di Indonesia sudah menjadi lahan kritis sehingga
kesuburan tanahnya terus menurun. Salah satu penyebab
menurunnya kualitas lahan ialah pencemaran residu agrokimia
dan limbah industri1,3 . Dilaporkan bahwa 21–40% dari 106 ribu
ha sawah di Pantura Jawa Barat tercemar logam berat, dengan
4–7% tercemar oleh timbal (7,83–91,47ppm) dan kadmium
hingga 8,75ppm1,3.
Masalah pencemaran merkuri (Hg), timbal (Pb), dan kad-
mium (Cd) meluas setiap tahunnya sehingga harus segera dicari
solusi untuk mengatasinya karena ketiganya tergolong tiga jenis
logam berat paling berbahaya bagi manusia2,4,9. Upaya konven-
sional untuk membersihkan lingkungan tercemar belum banyak
dilakukan karena kendala biaya yang tinggi. Salah satu alternatif
solusinya ialah pemanfaatan tanaman akumulator dengan teknik
fitoremediasi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa per
akaran tanaman akumulator dapat mendegradasi, mengekstraksi,
dan mengakumulasi logam berat5,6,10,11,12
.
Teknologi fitoremediasi untuk membersihkan lingkungan
tercemar diyakini dapat diaplikasikan, terutama di negara seperti
Indonesia yang kaya akan sumber daya hayati yang berpotensi
sebagai akumulator. Permasalahan utama pada fitoremediasi
yaitu memperoleh tanaman hiperakumulator ideal dengan
karakteristik toleran terhadap kontaminan, tumbuh cepat, bio-Buku ini tidak diperjualbelikan.
3
massa tinggi, mudah diperbanyak, dan utamanya yang memiliki
kemampuan ekstraksi logam berat tinggi11,13,14,15
.
Sudah banyak hasil riset yang membuktikan bahwa
tanaman hiperakumulator dapat menjadi solusi untuk mem-
bersihkan lingkungan tercemar dengan tingkat kontaminasi
yang parah sekalipun dan lebih ekonomis dibandingkan cara
konvensional14,15,16,17,18
. Pemanfaatan tanaman akumulator yang
sudah berhasil ialah pembersihan Pb menggunakan tanaman
Brassica juncea sehingga menurunkan kadar Pb tanah dari
2.300 mg/kg menjadi 420 mg/kg (960 mg/kg) di New Jersey.
Selain itu, tanaman Helianthus annus menurunkan Pb dari
635 mg/kg menjadi 478 mg/kg di Connecticut. Tanaman yang
paling banyak digunakan untuk fitoremediasi dan telah memiliki
prospek ekonomis ialah Populus sp. (Poplar) untuk fitoremediasi
nitrat melalui produksi biomassanya yang tinggi17,19. Contoh lain
ialah keberhasilan penggunaan Chlamydomonas sp. dan Reono-
tria sachalinensis untuk membersihkan lingkungan instalasi
senjata kimia terkontaminasi arsen (As) hingga 600 mg As/kg
di Jerman18
.
Di pihak lain, Indonesia kaya akan sumber daya alam yang
berpotensi sebagai bioakumulator12,20,21,22 . Besarnya prospek
tanaman hiperakumulator dan berlimpahnya sumber daya
hayati yang tersedia di Indonesia menjadi dasar yang kuat untuk
pengembangan teknologi fitoremediasi.
Untuk itu, dalam orasi ini, akan dipaparkan perjalanan riset
penulis yang diawali dengan riset-riset reklamasi lahan terde-
gradasi bekas tambang emas hingga prospek aplikasi hasil riset
potensi tanaman hiperakumulator logam berat merkuri (Hg),
timbal (Pb), dan kadmium (Cd) serta pemanfaatannya untuk
membersihkan lingkungan tercemar dengan teknologi fitoreme-
diasi

Inventaris
# Inventaris Dapat dipinjam Status Ada
1 2425/H1/2023.c1 Ya