FENOMENA FITNAH HARTA

Keterangan Bibliografi
Penerbit :
Pengarang : Abu Nida chomsaha Sofiyan
Kontributor :
Kota terbit : -
Tahun terbit : 2006
ISBN :
Subyek : AGAMA ISLAM
Klasifikasi : 2X0 Abu f
Bahasa : Indonesia
Edisi :
Halaman :
Pustaka Pilihan :
Jenis Koleksi Pustaka

E-Book Buku

Abstraksi

Harta merupakan salah satu fitnah dunia yang paling menonjol. Demi harta, seseorang rela berbuat apa saja asal bisa meraihnya. Tujuan hidupnya, seolah hanya untuk mencapai kesenangan duniawi belaka. Allah telah mensinyalir orang-orang yang seperti ini dalam surat Hud ayat 15-16 :

﴿مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ – أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ  وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾

Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (QS Hud : 15, 16).

Dalam masalah ini, Syaikh Al Utsaimin telah membedakan antara riya’ dengan keinginan mendapat dunia. Riya’, ialah seseorang yang beribadah karena ingin dipuji agar dikatakan sebagai ‘abid (ahli ibadah), dan ia tidak menginginkan harta. Adapun keinginan terhadap dunia yang dimaksudkan dalam ayat ini, seseorang beribadah bukan karena ingin dipuji atau dilihat, bahkan sebenarnya ia ikhlas dalam beribadah kepada Allah. Akan tetapi ia ingin mendapatkan sesuatu dari dunia, seperti harta, pangkat, kesehatan; baik pribadi, keluarga maupun anak, dan lain-lain. Jadi dengan amal ibadahnya iainginkan manfaat dunia dan tidak menginginkan pahala akhirat.

Beliau memberikan contoh-contoh bagaimana seseorang menginginkan dunia dengan amal ibadahnya. Misalnya: menjadi muadzin dengan niat mencari uang. Berangkat haji dengan tujuan mencari kemulian dunia. Belajar agama di perguruan tinggi dengan niat mencari ijasah agar martabatnya naik. Melakukan beberapa jenis peribadahan dengan maksud menyembuhkan penyakit, atau supaya disenangi orang lain atau supaya tidakmendapat gangguan, atau maksud-maksud lain.1)

Karena itu, kita harus berhati-hati, jangan sampai terjatuh ke dalam syirik niat sebagaimana yang disebutkan dalam surat Hud ayat 15-16 di atas.

Sebuah ironi, bila seorang da’i, ketika berbicara tentang hikmah dan manfaat ibadah, justeru menitikberatkan pada faidah-faidah duniawi. Misalnya, shalat adalah olah raga yang berfaidah menguatkan otot-otot, puasa berfaidah menghilangkan (mengurangi) lemak dan mengatur makan. Seharusnya kita tidak menjadikan faidahfaidah duniawi sebagai masalah pokok dalam beribadah, karena Allah سبحانه وتعالى tidak pernah menyebutkan yang demikian itu di dalam Al Qur’an. Akan tetapi Allah menyebutkan bahwa shalat akan mencegah perbuatan keji dan mungkar. Begitu pula menyebutkan puasa, untuk meningkatkan ketakwaan. Faidah diniyah dalam ibadah inilah yang menjadi masalah pokok, adapun faidah duniawi merupakan masalah kedua. Sehingga apabila seorang da’i berbicara di depan khalayak umum, maka yang lebih penting ialah menyampaikan atau menyebutkan faidah-faidah diniyahnya saja. Apabila memang diperlukan, barulah disampaikan faidah diniyah dan duniawi. Setiap pembicaraan ada tempatnya. (Al Qaulul Mufid, II/245).

Inventaris
# Inventaris Dapat dipinjam Status Ada
1 2320/H1/2023.c1 Ya